Meneladani perjalanan
Dakwah Nabi Yunus dalam menghidupkan kemerdekaan hati,kemerdekaan jiwa dan
kemerdekaaan sosial di dalam kisahnya.
Dalam
surat Al Anbiya ayat 87 tersurat kisah
yang mengguncang langit. Kisah Nabi Yunus as. Tentang ketundukan dan kepasrahan
dalam tindakan. Kepercayaan dan kemerdekaan dalam ucapan. Kekuatan dan
kebudayaan dalam fikiran. Yang kemudian 3 hal ini menjadi kekuatan baru dalam
menyusun stategi gerakan yang kami cetuskan. Dalam perjalanan Nabi Yunus as
mulai timbulnya keputusasaan sampai kesadaran diri untuk kembali ke umat, ada 5
kemerdekaan yang mungkin dapat diambil hikmahnya dalam kisah tersebut.
Pertama,Kemerdekaan
dalam berbudaya. Hal ini di ilhami dari peristiwa beliau
sebelum naik kapal dan melihat ikan kecll yang diterpa ombak sampai ke bibir
pantai. Ikan yang kecil itu terombang ambing dalam ketidakpastian. Kegelisahan,
keputusasaan, kekuatan yang tertahan dan pikiran yang berkecamuk didalam dada.
Kepastian dalam menghadapi masalah adalah tujuan yang harus kita selesaikan
bersama. Budaya adalah ombak besar yang siap menghantam siapa saja, ikan kecil
itu adalah kita. Ikan itu tetap bertahan di dalam budaya yang sudah ia kenali
sebelumnya. Ia menunggu sampai ombak itu reda dengan kekuatan yang ia punya dan
ketulusan hati yang terus berbicara.
Kedua, Kemerdekaan dalam
berpikir. Didalam kapal yang ditumpangi oleh Nabi Yunus. Nahkoda punya hak
penuh dalam menentukan siapa saja yang harus ia selamatkan dan siapa saja yang harus ia buang. Walaupun
dalam kondisi genting, Nabi Yunus tetap berdiskusi dalam hal penentuan
keputusan. Ia ikut andil dalam penentuan kebijakan, ikut berpikir dalam
menyelesaikan masalah dan akhirnya setelah mengalami pasang surut keputusan
maka diambillah tindakan yang memastikan dirinya untuk dibuang. Beliau tetap
merdeka dalam bepikir walau akhirnya ia sendiri harus bertanggung jawab terhadap
keputusan itu.
Ketiga, Kemerdekaan dalam berpendapat.
Karena badai yang menghantam dinding dinding kapal, maka akhirnya semua
penumpang dimintai solusi dalam menyelesaikan masalah ini. Ada dua kepercayaan yang
ada saat itu. Tentang tuhan laut yang marah . Pendapat itu terbukti banyak
menyedot massa dalam kapal, yang kemudian melahirkan sebuah keputusan bahwa
harus ada diantara mereka yang ‘dikorbankan’ kedalam laut. Nabi Yunus tetap
berontak dan berkeyakinan kalau agama tidak mengajarkan. Agar pasang kembali
surut dan mereka bisa berlayar lagi dengan tenang. Pendapat pertama yang
kemudian membuang nabi yunus ke dalam laut.
Keempat, Kemerdekaan dalam pendidikan. Nabi Yunus
mengalami tiga kegelapan saat beliau dibuang ke laut. Kegelapan didalam perut
ikan, kegelapan didasar laut dan kegelapan di tengah malam. Allah sedang
mendidik Nabi Yunus untuk selalu berusaha dan berdoa dalam setiap keadaan dan
kondisi apapun. Kegelapan yang dimaksudkan dalam kisah itu adalah kegelapan
hati, kegelapan jiwa dan kegelapan sosial. Kegelapan itu tidak datang sehari
dua hari. Kegelapan disengaja datang untuk mengutus pendidikan menjadi cahaya
bagi gelap gelap disekelilingnya. Allah yang mendidik Nabi Yunus untuk terus
bertasbih di dalam perut ikan, terusbersujud, terus berdzikir. Siapa lagi yang
akan menolong kita saat semua orang yang ada di dunia ini tak bisalagi berbuat
apa apa? Jawabannya Allah. Dan Allah memerintahkan kita untuk terus menenun dan
menempa diri dengan ilmu.
Kelima. Kemerdekaan dalam menentukan sikap. Yang berbicara
dalam hati Nabi Yunus adalah Allah. Yang menggerakkan hati Nabi Yunus adalah
Allah. Yang menggerakkan anggota tubuh Nabi Yunus adalah Allah. Maka Allah juga yang mengantarkan Nabi Yunus dalam
menentukan sikapnya. Doa doa langit yang ia panjatkan adalah kemerdekaan dalam
menentukan sikap. Ketawadhuan yang ia tunjukkan adalah kemerdekaan dalam
menentukan sikap. Keistiqomahan yang ia tiupkan adalah kemerdekaan dalam menetukan
sikap. Berbijak bijaklah dalam menentukan sikap, timbang baik dan buruknya. Maka
kemerdekaan itu akan lahir dari dirimu.